Ketika kita masih kecil sekolah, kita bertanya mengapa sekolah? Jawabannya ‘supaya pandai.’
Kemudian ditanyakan lagi, ‘untuk apa pandai’? Jawabannya ‘supaya bisa kerja’.
Kemudian ditanyakan lagi, ‘untuk apa kerja’? Jawabannya ‘supaya mendapatkan penghasilan/uang’.
Kalau tujuan akhirnya ‘untuk mendapatkan penghasilan’, mengapa tidak langsung kerja saja.

Itulah jawaban singkat dari lebih separuh waktu kehidupan kita. Seringkali kita encoba menyederhanakan dari kehidupan ini. Jika memang penjelasan di atas benar, berarti sekolah tidak ada gunanya. Tetapi andaikata hal ini benar, maka dunia ini isinya hanya orang yang bekerja untuk mencari uang saja. Dan jika semua orang seperti ini, maka jumlah pencari kerja akan sangat banyak, sementara jumlah lapangan yang tersedia tidak banyak. Oleh sebab itu perlu sekolah.

Tetapi bukankah lulusan universitas juga berbondong-bondong mencari pekerjaan. Betul, baik yang sekolah maupun lulusan universitas tetap berbondong-bondong mencari pekerjaan, sementara lapangan yang tersedia juga sedikit.
Tetapi ada bedanya yaitu:
a. Kualitas dari pekerja yang telah sekolah lebih baik dilihat dari segi wawasan dan pengetahuan
b. Yang bersekolah, akan mempunyai wawasan lebih baik, dan lebih mempunyai kesempatan menciptakan ide-ide kreatif untuk menciptakan pekerjaan.
Oleh karena itu, setiap mahasiswa/siswa harus diberi wawasan kewirausahaan/enterpreneurship.

Tetapi bukankah tidak setiap orang mampu menjadi enterpreneurship?
Betul, tidak semua orang menjadi pedagang, tidak semua orang menjadi pengusaha, tidak semua orang menjadi manajer, setiap orang mempunyai kemampuan masing-masing.

Terus, bagaimana generasi muda mau diarahkan, mau menjadi penguasaha, pedagang atau karyawan?
Di sinilah kita perlu melihat panggilan hidup masing-masing. Secara konsep, Pencipta Alam Semesta telah memberikan kemampuan yang berbeda-beda kepada seseorang untuk tujuan yang berbeda-beda dalam kesatuan yang harmonis. Jika setiap orang menggumulkan panggilan masing-masing dan melaksanakannya dengan tepat, maka dunia ini akan harmonis. Seseorang yang dipanggil menjadi peneliti, akan tekun menjadi peneliti, yang dipanggil menjadi programmer setia menjadi programmer, yang dipanggil menjadi disainer akan setia memperhatikan kaidah-kaidah disain, yang sipanggil menjadi ahli hukum bertanggung jawab menjalankan keadilan, yang menjadi pengusaha memperhatikan kesejahteraan pekerja dan seterusnya.

Dihubungkan dengan negara kita, negara kita belum memahami panggilan. Yang duduk di pemerintahan dan wakil rakyat belum tentu orang yang mempunyai kemampuan di sana, tetapi cenderung dari orang yang menginginkan duduk di sana.
Begitu juga dengan ajaran yang membagi hidup menjadi tingkatan pekerja, pekerja untuk sendiri, pengusaha, dan uang yang bekerja untuk diri. Ajaran ini begitu banyak membelokkan orang untuk keluar dari pekerjaaan, berspekulasi membuat usaha dan gagal karena tidak semua orang dipanggil dan mampunyai kemampuan menjadi pengusaha.

Jadi bekerja dan hidup sesuai panggilan adalah solusi terbaik bagi keharmonisan manusia di dunia ini. Untuk mengetahui panggilan ini adalah dengan menggali semua potensi yang ada ada di dalam diri kita dan juga mencoba menerapkannya dalam berbagai kemungkinan di sekitar kita. Kita juga harus peka mengenai keadaan di sekitar kita terkait apa yang harus kita kerjakan.

Kunjungi www.proweb.co.id untuk menambah wawasan anda.

Panggilan dan pekerjaan